• Jelajahi

    Copyright © Jurnal Pertanian
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Kultur Jaringan, Solusi Jitu Atasi Keterbatasan Benih Pisang

    Narareba
    08/05/15, 14:39 WIB Last Updated 2015-05-26T23:40:26Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini
    Jitu News Info - Kendala umum dalam penyediaan bibit pisang dalam skala komersial adalah ketersiediaan bibit unggul klonal yang seragam, dalam jumlah banyak, dan dapat tersedia dalam waktu yang relatif singkat. Menyikapi hal tersebut, kini telah hadir inovasi perbanyakan pisang dengan teknik kultur jaringan.

    Kultur Jaringan, Solusi Jitu Atasi Keterbatasan Benih Pisang

    Menurut Imron Riyadi, peneliti Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI), teknologi kultur jaringan merupakan suatu teknik perbanyakan klonal dalam kondisi aseptik secara tepat. Keunggulan bibit pisang hasil kultur jaringan antara lain bibit bersifat unggul, bebas hama dan penyakit karean diperbanyak dalam keadaan aseptik dari tanaman yang sehat. Tingkat keseragaman bahan tanaman yang tinggi, sehingga mampu meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan kebun.

    “Teknik perbanyakan tanaman ini dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa bergantung musim. Selain itu, perbanyakan dengan teknik kultur jaringan (in vitro) ini mampu menghasilkan bibit yang bebas penyakit sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman pisang di perkebunan lebih optimal,” terang Imron.

    Kultur in vitro tanaman pisang di BPBPI sudah pernah dilakukan pada awal tahun 2000an. Pada saat itu, jenis pisang yang diperbanyak adalah pisang Abaka (Musa textilis) yang akan diambil seratnya untuk dijadikan bahan pengikat atau tali. Vakum selama lebih dari 10 tahun, BPBPI kembali mulai menekuni perbanyakan pisang secara in vitro sejak tahun 2012. Jenis pisang yang dikulturkan adalah pisang barangan merah yang sumber eksplannya berupa anakan/bonggol yang berasal dari Medan.

    “Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam kultur jaringan ini, antara lain pembuatan medium, sterilisasi eksplan, penanaman secara in vitro, aklimatisasi, serta pembibitan di lapang,” kata Imron.

    Bibit tanaman yang diperbanyak dengan kultur in vitro pada awalnya memerlukan waktu yang cukup panjang karena harus melalui serangkaian tahapan di laboratorium dan nursery aklimatisasi hingga akhirnya dapat disalurkan konsumen. Namun apabila laboratorium sudah memiliki stok induk dari planlet tanaman yang diperbanyak, maka proses perbanyakan selanjutnya jauh lebih mudah karena hanya melalui proses subkultur dan perakaran saja.
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    Jitu

    +